Aku mengucapkan terimakasih kepadanya, saat mobilku yang dikendarai anakku putar balik di halaman rumahnya. Iseng aku bertanya pada anakku, "Sekarang Licoce sekolah di mana?""Loh, ibu ndak tahu ta kalau Licoce sudah tidak sekolah selama tiga tahun. Temannya semua sudah SMP... Dia drop out SD , Buk."Hah... aku ternganga mendengar kalimat anakku. Aku benar-benar terkejut dengar kabar itu. Aku masih ingat mengapa dia kupanggil Licoce, padahal namanya Risal. Panggilan itu bermula ketika dia disuruh ibunya membeli rinso cair yang saat itu termasuk produk baru di warungku."Bu Pur beli licoce."Karena terasa aneh di telingaku, aku bertanya, "Beli apa, Nak?""Disuruh mama beli licoce," jawabnya.Aku mencoba bertanya ke anakku yang kebetulan di warung, dia juga tidak paham dengan licoce itu."Risal...tanya mama lagi ya. Mau beli apa? " sarankuTak berapa lama dia sudah kembali lagi." Bu Pur beli untuk cuci baju, " katanyaMendengar penjelasannya aku dan anakku langsung ngeh , bahwa maksudnya dia mau membeli Rinso cair.Dan, sejak saat itu aku memanggilnya licoce. Kejadian itu terjadi sudah lama sekali karena licoce belum sekolah TK. Bahasanya saja masih cadel.

---

Mendengar info anakku tadi, aku menyalahkan diriku. Kenapa ada tetangga nggak sekolah aku baru tahu. Tiga tahun lagi. Ya Allah...Aku tidak tega kalau dia hanya drop out SD. Keesokan harinya aku menemuinya."Le, kamu ndak sekolah ya...?Kenapa?"" Ya, bu Pur.""Kamu di keluarkan?""Tidak bu Pur. Aku yang minta. Kasihan mama nggak ada biaya."Mendengar jawabannya, aku merasa heran banget. Biaya pendidikan dasar sudah digratiskan kok nggak bisa bayar." Begini Le, kamu harus sekolah ya. Pokoknya kamu sekolah. Insyaallah ada yang membiayaimu. Biar kamu punya ijazah. Mau ya... Mamamu ada?""Mama belum pulang ... nanti tak sampaikan ke mama, bu Pur. Terimakasih ya bu Pur."

----

Keesokan harinya, mamanya menemuiku. Dia mengucapkan terimakasih. Dia mengakui telah mengambil keputusan yang salah tidak melanjutkan pendidikan putranya itu. Semua terpaksa dilakukannya karena sejak dia terpaksa harus berpisah dengan suaminya, pikirannya kalut. Kekalutan itulah menjadi penyebab keputusannya itu. Apalagi Risal juga menyetujui rencananya bahkan Risal juga mengatakan kalau dia tidak sepandai kakak-kakaknya, dia ikhlas jika tidak sekolah.

---

Alhamdulillah, sekarang Licoce sudah sekolah lagi. Anak ini memang agak "lambat", tapi dia sangat peka dengan lingkungan sekitarnya. Dia tidak segan-segan membantu bila waktunya kerja bakti atau ada kerepotan2 yang lainnya.

Sudah satu semester berjalan. Kendala mulai muncul. Dia bercerita kalau dia paling besar di kelasnya. Semua teman-temannya kecil-kecil. Mendengar ucapannya aku hanya menyuruhnya untuk bersabar. Aku selalu mengingatkan tujuan dia bersekolah lagi. Dia menjawabnya sih, ya...ya saja. Sampai suatu saat aku mendapat WA dari wali kelasnya bahwa Licoce sering pulang sebelum waktunya...

Sebetulnya aku paham juga kenapa Licoce, mulai tidak kerasan, tetapi aku juga tidak ingin dia berhenti sekolah tanpa punya ijazah apapun. Kalau sudah begini aku jadi bertanya lakon Licoce ini salah siapa? Aku memang punya rasa bersalah mengapa sampai aku tidak mengetahui dari awal, oleh karena itu aku hanya berharap mudah-mudahan waktu satu setengah tahun segera berlalu ....

#TantanganGurusiana hari ke -8